komentar


ShoutMix chat widget

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 24 Juli 2012

  • MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) BERBAHAN KEONG MAS



    A. BAHAN DAN ALAT
    1. 5 Kg keong mas segar
    2. 0.5 liter tetes/molase
    3. 10 liter air kelapa
    4. 1 buah jrigen

    B. CARA PEMBUATAN
    1. Tumbuk halus keong mas, lalu masukkan ke dalam jrigen
    2. Campurkan dengan tetes/molase
    3. Tambahkan 10 liter air kelapa, lalu aduk sampai rata
    4. Tutup jrigen rapat-rapat
    5. Buka tutup jrigen setiap 2 hari untuk mengeluarkan amonia, lalu tutup lagi dan diulang
    6. Biarkan fermentasi selama 15 hari, dan selanjutnya siap pakai

    C. APLIKASI
    1. Untuk pengomposan, 1 liter MOL ditambahkan 5 liter air dan aduk sampai merata.
    Selanjutnya larutan siap disiramkan ke bahan kompos
    2. Untuk penyemprotan tanaman, 0.5 liter larutan MOL ditambahkan air, ukuran 1 tangki 14 liter
    Lakukan penyemprotan pagi sebelum jam 8.30 pagi atau sore

Selasa, 19 Juni 2012

CARA MEMBUAT PESTISIDA NABATI BERKUALITAS


BAHAN DAN CARA MEMBUAT PESTISIDA NABATI BERKUALITAS

Ini kita sesuaikan dengan jenis hama yang kita kendalikan. Ini resep pestisida nabati yang ini bisa Anda pakai sesuai jenis penyakit tanaman. Semua resep cukup efektif digunakan, semakin komplit bahan yang Anda gunakan tentunya akan semakin. Resep-resep berikut, mujarab dan berkwalitas.
Bahan dan cara membuat Pestisida nabati berkwalitas:

*Bahan-bahan:
  • 3.5 kg kunyit (haluskan), 
  • 3.5 kg temulawak (haluskan),
  • 3 kg temu hitam (haluskan),
  • 3 buah maja (haluskan), 
  • 100 liter urine sapi.

Cara membuat:
Tuang urine ke dalam tong. Kemudian campur kunyit, temulawak, temu hitam, dan buah maja yang telah halus, lalu masukkan campuran ini kedalam karung plastik dan ikat. Campuran direndam dalam urine sapi dan aduk tiap tiga hari sekali. Satu bulan karung plastik baru diangkat dan pestisida urinsa siap digunakan. Efektif mengendalikan hama tanaman padi.

*Bahan-bahan:
1kg bawang putih halus, tambahkan 100 cc EM4 dan gula pasir 100 gr.

Cara membuat:
- Aduk bahan sampai rata dan larutkan dalam 5 liter air. Diamkan / fermentasikan selama 1 minggu. Saat digunakan saring dahulu.

Aplikasi:
- Dengan melarutkan pada air dengan perbandingan 1:20, efektif mengendalikan thrips pada tanaman cabai.

*Bahan-bahan:
200 -300 gr biji mimba tumbuk halus.

Cara membuat:
- Rendam dalam 10 liter air selama satu malam, aduk rata / saring, disemprotkan ketanaman yang terserang untuk mengendalikan ulat, hama penghisap, jamur, bakteri dan nematoda.

*Bahan-bahan:
- 1 kg Daun mimba ditumbuk halus.

Cara membuat:
-Rendam dengan 10 liter air semalam, saring / untuk obat semprot.

*Bahan-bahan:
- 500 gr Umbi gadung ditumbuk halus .

Cara membuat:
- Peras dan tambahkan 10 liter air, aduk rata kemudian semprotkan ke tanaman. Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap.

* Bahan-bahan:
daun mindi 2 kg, tembakau 2 kg, brotowali 2 kg, buah mengkudu 5 kg, dan andaliman 1 kg.

Cara membuat:
- semua bahan dihaluskan dengan cara menumbuk. Bahan-bahan tersebut direndam/dilarutkan dalam air 10 liter. Simpan selama lima hari dalam wadah yang tertutup rapat .

Kegunaan:
- Pestisida dillarutkan pada media air dengan perbandingan 1:30. Efektif mengendalikan hama kutu kebul pada cabai, tungau, jenis ulat dan lainnya.

Bahan dan cara membuat Pestisida nabati berkwalitas diatas bisa Anda cari di lingkungan sekitar. Praktis dan murah. Sekian tips dari kami mengenai Bahan dan cara membuat Pestisida nabati berkwalitas



Senin, 11 Juni 2012

Teknologi Peningkatan Produksi Dengan Sistem Jajar Legowo

Sistem tanam legowo merupakan cara tanam padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang kemudian diselingi satu barisan kosong. Tanaman yang seharusnya ditanam pada barisan yang kosong dipindahkan sebagai tanaman sisipan di dalam barisan. Pada awalnya tanam jajar legowo umum diterapkan untuk daerah yang banyak serangan hama dan penyakit. Pada baris kosong, di antara unit legowo, dapat dibuat parit dangkal. Parit dapat berfungsi untuk mengumpulkan keong mas, menekan tingkat keracunan besi pada tanaman padi atau untuk pemeliharaan ikan kecil (muda). Namun kemudian, pola tanam ini berkembang untuk memberikan hasil yang lebih tinggi akibat dari peningkatan populasi dan optimalisasi ruang tumbuh bagi tanaman. Sistem tanam jajar legowo pada arah barisan tanaman terluar memberikan ruang tumbuh yang lebih longgar sekaligus populasi yang lebih tinggi. Dengan sistem tanam ini, mampu memberikan sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari lebih optimal untuk pertanaman. Selain itu, upaya penanggulangan gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Beragamnya praktek legowo di lapangan menuntut adanya buku acuan penerapan sistem tanam legowo yang benar mulai dari penanaman hingga pengambilan sampel ubinan, sehingga dalam pelaksanaannya benar-benar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Mengapa Harus Jaja Legowo
Padi merupakan sumber pangan utama penduduk  Indonesia, yang sebagian besar dibudidayakan sebagai padi sawah. Kegiatan dalam bercocok tanam padi secara umum meliputi pembibitan, persiapan lahan, pemindahan bibit atau tanam, pemupukan, pemeliharaan (pengairan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit) dan panen. Dewasa ini telah diperkenalkan berbagai teknologi budidaya padi, antara lain budidaya sistem tanam benih langsung (Tabela), sistem tanam tanpa olah tanah (TOT), maupun sistem tanam Jajar Legowo (Legowo). Pengenalan dan penggunaan sistem tanam tersebut disamping untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimal juga ditujukan untuk meningkatkan hasil dan pendapatan petani.
Pada umumnya, varietas padi pada kondisi jarak tanam sempit akan mengalami penurunan kualitas pertumbuhan, seperti jumlah anakan dan malai yang lebih sedikit, panjang malai yang lebih pendek, dan tentunya jumlah gabah per malai berkurang dibandingkan pada kondisi jarak tanam lebar (potensial). Fakta di lapang membuktikan bahwa penampilan individu tanaman padi pada jarak tanam lebar lebih bagus dibandingkan dengan jarak tanam rapat. Pada jarak tanam lebar (50x50) cm, varietas Inpari 9-Elo dapat menghasilkan lebih dari 50 anakan/rumpun, dengan vigor vegetatif yang sangat baik terutama apabila tanah cukup air dan hara. Sebaliknya, pada kondisi jarak tanam rapat (20x20) cm hanya menghasilkan <20 anakan/rumpun.
Beberapa kemungkinan yang menyebabkan rendahnya produktivitas pada jarak tanam rapat sebagai berikut: (a) varietas umumnya akan tumbuh tidak optimal apabila menerima sinar yang rendah akibat adanya persaingan antar individu tanaman dalam jarak tanam rapat, (b) terjadinya kahat hara tertentu terutama N, P dan K serta air akibat pertanaman yang rapat, perakaran yang intensif sehingga pengurasan hara juga intensif, dan (c) terjadinya serangan penyakit endemik setempat, akibat kondisi iklim mikro yang menguntungkan bagi perkembangan penyakit pada jarak tanam rapat.
Sistem tanam jajar legowo pada arah barisan tanaman terluar memberikan ruang tumbuh yang lebih longgar sekaligus populasi yang lebih tinggi. Dengan sistem tanam ini, mampu memberikan sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari lebih baik untuk pertanaman. Selain itu, upaya penanggulangan gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Namun demikian, penerapan jajar legowo di lapangan masih menunjukkan banyak variasi. Hal ini dimungkinkan akibat dari pemahaman mengenai sistem tanam legowo masih sangat beragam walaupun memiliki kesamaan konsep dasar yang dipahami. Oleh karena tu, dibutuhkan buku pedoman penerapan sistem tanam legowo dengan harapan dapat mempermudah penerapan di lapangan dan tidak menyimpang dari konsepnya.

Pengertian Jajar Legowo
Sistem tanam legowo adalah pola bertanam yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya dua atau empat) baris tanaman padi dan satu baris kosong. Istilah Legowo di ambil dari bahasa jawa, yaitu berasal dari kata ”lego” berarti luas dan ”dowo”  berarti memanjang.
Legowo di artikan pula sebagai cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan dan diselingi satu barisan kosong.
Baris tanaman (dua atau lebih) dan baris kosongnya (setengah lebar di kanan dan di kirinya) disebut satu unit legowo. Bila terdapat dua baris tanam per unit legowo maka disebut legowo 2:1, sementara jika empat baris tanam per unit legowo disebut legowo 4:1, dan seterusnya.
Pada awalnya tanam jajar legowo umum diterapkan untuk daerah yang banyak serangan hama dan penyakit, atau kemungkinan terjadinya keracunan besi. Jarak tanam dua baris terpinggir pada tiap unit legowo lebih rapat daripada baris yang di tengah (setengah jarak tanam baris yang di tengah), dengan maksud untuk mengkompensasi populasi tanaman pada baris yang dikosongkan. Pada baris kosong, di antara unit legowo, dapat dibuat parit dangkal. Parit dapat berfungsi untuk mengumpulkan keong mas, menekan tingkat keracunan besi pada tanaman padi atau untuk pemeliharaan ikan kecil (muda).
Sistem tanam legowo kemudian berkembang untuk mendapatkan hasil panen yang lebih tinggi dibanding sistem tegel melalui penambahan populasi. Selain itu, dapat mempermudah pada saat pengendalian hama, penyakit, gulma, dan juga pemupukan.
Pada penerapannya, perlu diperhatikan tingkat kesuburan tanah pada areal yang akan ditanami. Jika tergolong subur, maka disarankan untuk menerapkan pola tanaman sisipan hanya pada baris pinggir kiri dan kanannya (legowo 4:1 tipe 1). Hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko kerebahan tanaman akibat serapan hara yang tinggi. Sedangkan pada areal yang kurang subur semua barisan disisipkan tanaman (legowo 4:1 tipe 2).
Saat ini, sistem logowo sudah mulai banyak di adopsi oleh petani di Indonesia. Banyak petani yang sudah merasakan manfaat dan keuntungannya dengan menggunakan teknik tersebut. Dengan sistem tanam legowo, populasi tanaman dapat ditingkatkan yang pada gilirannya diperoleh peningkatan hasil gabah.
Prinsip Tanam Jajar Legowo

Sistem legowo merupakan suatu rekayasa teknologi untuk mendapatkan populasi tanaman lebih dari 160.000 per hektar. Penerapan Jajar Legowo selain meningkatkan populasi pertanaman, juga mampu menambah kelancaran sirkulasi sinar matahari dan udara disekeliling tanaman pingir sehingga tanaman dapat berfotosintesa lebih baik.
Selain itu, tanaman yang berada di pinggir diharapkan memberikan produksi yang lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik, mengingat pada sistem tanam jajar legowo terdapat ruang terbuka seluas 25-50%, sehingga tanaman dapat menerima sinar matahari secara optimal yang berguna dalam proses fotosintesis.
Penerapan sistem tanam legowo disarankan menggunakan jarak tanam (25x25) cm antar rumpun dalam baris; 12,5 cm jarak dalam baris; dan 50 cm sebagai jarak antar barisan/ lorong atau ditulis (25x12,5x50) cm. Hindarkan penggunaan jarak tanam yang sangat rapat, misalnya (20x20) cm, karena akan menyebabkan jarak dalam baris sangat sempit. Dalam buku ini, dibatasi pada penerapan sistem tanam legowo 2:1 dan 4:1 baik untuk tipe 1 maupun tipe 2.

Legowo 2:1
Sistem tanam legowo 2:1 akan menghasilkan jumlah populasi tanaman per ha sebanyak 213.300 rumpun, serta akan meningkatkan populasi 33,31% dibanding pola tanam tegel (25x25) cm yang hanya 160.000 rumpun/ha. Dengan pola tanam ini, seluruh barisan tanaman akan mendapat tanaman sisipan.

  1. Legowo 4:1
Tipe 1
Sistem tanam legowo 4:1 tipe 1 merupakan pola tanam legowo dengan keseluruhan baris mendapat tanaman sisipan. Pola ini cocok diterapkan pada kondisi lahan yang kurang subur. Dengan pola ini, populasi tanaman mencapai 256.000 rumpun/ha dengan peningkatan populasi sebesar 60% dibanding pola tegel (25x25) cm.
Tipe 2
Sistem tanam legowo 4:1 tipe 2 merupakan pola tanam dengan hanya memberikan tambahan tanaman sisipan pada kedua barisan tanaman pinggir. Populasi tanaman 170.667 rumpun/ha dengan persentase peningkatan hanya sebesar 6,67% dibanding pola tegel (25x25) cm. Pola ini cocok diterapkan pada lokasi dengan tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Meskipun penyerapan hara oleh tanaman lebih banyak, tetapi karena tanaman lebih kokoh sehingga mampu meminimalkan resiko kerebahan selama pertumbuhan.

Keuntungan Jajar Legowo
Menurut Sembiring (2001), sistem tanam legowo merupakan salah satu komponen PTT pada padi sawah yang apabila dibandingkan dengan sistem tanam lainnya memiliki keuntungan sebagai berikut:
  1. Terdapat ruang terbuka yang lebih lebar diantara dua kelompok barisan tanaman yang akan memperbanyak cahaya matahari masuk ke setiap rumpun tanaman padi, sehingga meningkatkan aktivitas fotosintesis yang berdampak pada peningkatan produktivitas tanaman.
  2. Sistem tanaman berbaris ini memberi kemudahan petani dalam pengelolaan usahataninya seperti: pemupukan susulan, penyiangan, pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit (penyemprotan). Disamping itu juga lebih mudah dalam mengendalikan hama tikus.
  3. Meningkatkan jumlah tanaman pada kedua bagian pinggir untuk setiap set legowo, sehingga berpeluang untuk meningkatkan produktivitas tanaman akibat peningkatan populasi.
  4. Sistem tanaman berbaris ini juga berpeluang bagi pengembangan sistem produksi padi-ikan (mina padi) atau parlebek (kombinasi padi, ikan, dan bebek).
  5. Meningkatkan produktivitas padi hingga mencapai 10-15%.

Cara Ubinan Jajar Legowo
Untuk mengetahui tingkat produktivitas tanaman antara lain dapat dilakukan dengan panen ubinan. Ubinan dibuat agar dapat mewakili hasil hamparan. Oleh sebab itu diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
  1. Pilih pertanaman yang seragam dan dapat mewakili penampilan hamparan, baik dalam segi pertumbuhan, kepadatan tanaman, maupun kondisi terakhir yang ada di lapangan.
  2. Tentukan luasan ubinan, minimal dua set jajar legowo yang berdekatan.
Luas ubinan paling sedikit dibuat 10 m2 dengan mengambil ukuran setengah jarak tanam. Jarak tanam dengan pola legowo berbeda dengan sistem tegel. Oleh karena itu ada beberapa alternatif yang dapat digunakan:
-          Jika menggunakan pola tanam legowo 2:1 (25x12,5x50) cm, maka alternatif plot ubinan sebagai berikut :

Alternatif 1
2 set tanaman legowo sepanjang 10 m = (6 x 0,25 m) x 8 m
= 12 m2 atau setara dengan  256 rumpun
Alternatif 2
3 set tanaman legowo sepanjang 5 m = (9 x 0,25 m) x 5 m
= 11,25 m2 atau setara dengan  240 rumpun
Alternatif 3
4 set tanaman legowo sepanjang 4 m = (12 x 0,25 m) x 4 m
= 12 m2 atau setara dengan  256 rumpun
Secara lebih skematis dapat dilihat pada gambar 1.
-             Jika menggunakan pola tanam legowo 4:1 tipe 1 (25x12,5x50) cm, maka alternatif plot ubinan sebagai berikut :

Alternatif 1
2 set tanaman legowo sepanjang 5 m = (10 x 0,25 m) x 5 m
= 12,5 m2 atau setara dengan  320 rumpun
Alternatif 2
3 set tanaman legowo sepanjang 3 m = (15 x 0,25 m) x 3 m
= 11,25 m2 atau setara dengan 288 rumpun
Secara lebih skematis dapat dilihat pada gambar 2.

-             Jika menggunakan pola tanam legowo 4:1 tipe 2 (25x12,5x50) cm, maka alternatif plot ubinan sebagai berikut :

Alternatif 1
2 set tanaman legowo sepanjang 5 m = (10 x 0,25 m) x 5 m
= 12,5 m2 atau setara dengan  240 rumpun
Alternatif 2
3 set tanaman legowo sepanjang 3 m = (15 x 0,25 m) x 3 m
= 11,25 m2 atau setara dengan 216 rumpun
Secara lebih skematis dapat dilihat pada gambar 3.
  1. Tandai luasan yang akan diubin menggunakan ajir.
  2. Laksanakan panen pada luasan ubinan tersebut, rontokkan gabahnya, dan bersihkan dari kotoran.
  3. Ulangi pelaksanaan ubinan dengan menggunakan minimal 2 atau lebih ulangan.
  4. Timbang gabah dan ukur kadar air saat panen.
Konversikan hasil ubinan per ha berdasarkan ukuran luasan maupun jumlah rumpun, kemudian konversikan kembali hasil gabah yang diperoleh dalam kadar air 14% (gabah kering giling atau GKG).


Jumat, 08 Juni 2012

Hama Penggerek Batang

PENGGEREK BATANG PADI (BELUK/ SUNDEP )

Hama Penggerek batang padi merupakan hama penting tanaman padi karena jika menyerang fase vegetatif mereka mematikan titik tumbuh sehingga mengurangi jumlah anakan dan jika menyerang fase generatif hama ini secara nyata merusak malai sehingga mengurangi jumlah malai yang dapat dipanen.






Terdapat empat spesies hama penggerek batang padi yaitu:
  1. Penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas)
  2. Penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata)
  3. Penggerek batang padi bergaris ( Chilo supressalis)
  4. Penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens)
Imago aktif pada malam hari dan terbang kesawah untuk meletakkan telur. Pada siang hari mereka hanya berdiam diri dan bersembunyi dibalik daun padi atau gulma disekitar tanaman. Penggerek batang padi mampu terbang sejauh 2 km. Imago sangat tertarik pada cahaya dan mudah tertangkap oleh lampu perangkap saat malam gelap. Betinanya mampu bertelur hingga 200-300 butir dalam masa hidupnya selama 4 hari.

Telur diletakkan berkelompok, terdiri dari 5-200 butir per kelompok pada daun atau seludang daun. Bentuk telur, kelompok telur, dan tempat meletakkan telur bervariasi sesuai dengan spesiesnya.

Larva yang baru ditetaskan sering menggantungkan tubuhnya pada daun padi dengan benang sutera dan bila tertiup angin akan berpindah ke tanaman lainnya. Mereka kadang-kadang juga membuat tabung dari potongan daun, lalu menjatuhkan diri ke air dan berenang ke tanaman lain. Larva muda memakan daun atau seludang daun. Larva-larva instar selanjutnya masuk keseludang daun dan makan diantara seludang daun dan tangkai malai beberapa hari sebelum masuk kedalam batang. Larva yang lebih tua masuk kedalam batang dan makan pada bagian dalam batang di dekat pangkalnya. Larva instar terakhir didalam batang dapat bergerak turun kebawah permukaan tanah untuk berdiapose kalau keadaan tidak menguntungkan.

Pupa terbentuk didalam batang beberapa centimeter dibawah permukaan tanah. Imago keluar dari pupa dan merangkak keluar dari lobang keluar yang telah dibuat sebelumnya oleh larva sebelum menjadi pupa.

Kalau serangan terjadi pada vase vegetatif maka daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh dimakan. Pucuk yang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut. Gejala ini biasa disebut sebagai SUNDEP. Kalau serangan terjadi pada fase generatif, maka malai akan mati karena pangkalnya dikerat oleh larva. Malai yang mati akan tetap tegak berwarna abu-abu putih dan bulirnya hampa. Malai ini mudah dicabut dan pangkalnya terdapat bekas gigitan larva. Gejala serangan pada tahap ini disebut BELUK.