Sistem tanam legowo merupakan cara
tanam padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang kemudian
diselingi satu barisan kosong. Tanaman yang seharusnya ditanam pada
barisan yang kosong dipindahkan sebagai tanaman sisipan di dalam
barisan. Pada awalnya tanam jajar legowo umum diterapkan untuk daerah
yang banyak serangan hama dan penyakit. Pada baris kosong, di antara
unit legowo, dapat dibuat parit dangkal. Parit dapat berfungsi untuk
mengumpulkan keong mas, menekan tingkat keracunan besi pada tanaman padi
atau untuk pemeliharaan ikan kecil (muda). Namun kemudian, pola tanam
ini berkembang untuk memberikan hasil yang lebih tinggi akibat dari
peningkatan populasi dan optimalisasi ruang tumbuh bagi tanaman. Sistem
tanam jajar legowo pada arah barisan tanaman terluar memberikan ruang
tumbuh yang lebih longgar sekaligus populasi yang lebih tinggi. Dengan
sistem tanam ini, mampu memberikan sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar
matahari lebih optimal untuk pertanaman. Selain itu, upaya
penanggulangan gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Beragamnya praktek legowo di lapangan menuntut adanya buku acuan
penerapan sistem tanam legowo yang benar mulai dari penanaman hingga
pengambilan sampel ubinan, sehingga dalam pelaksanaannya benar-benar
dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Mengapa Harus Jaja Legowo
Padi merupakan sumber pangan utama
penduduk Indonesia, yang sebagian besar dibudidayakan sebagai padi
sawah. Kegiatan dalam bercocok tanam padi secara umum meliputi
pembibitan, persiapan lahan, pemindahan bibit atau tanam, pemupukan,
pemeliharaan (pengairan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit) dan
panen. Dewasa ini telah diperkenalkan berbagai teknologi budidaya padi,
antara lain budidaya sistem tanam benih langsung (Tabela), sistem tanam
tanpa olah tanah (TOT), maupun sistem tanam Jajar Legowo (Legowo).
Pengenalan dan penggunaan sistem tanam tersebut disamping untuk
mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimal juga ditujukan untuk
meningkatkan hasil dan pendapatan petani.
Pada umumnya, varietas padi pada
kondisi jarak tanam sempit akan mengalami penurunan kualitas
pertumbuhan, seperti jumlah anakan dan malai yang lebih sedikit, panjang
malai yang lebih pendek, dan tentunya jumlah gabah per malai berkurang
dibandingkan pada kondisi jarak tanam lebar (potensial). Fakta di lapang
membuktikan bahwa penampilan individu tanaman padi pada jarak tanam
lebar lebih bagus dibandingkan dengan jarak tanam rapat. Pada jarak
tanam lebar (50x50) cm, varietas Inpari 9-Elo dapat menghasilkan lebih
dari 50 anakan/rumpun, dengan vigor vegetatif yang sangat baik terutama
apabila tanah cukup air dan hara. Sebaliknya, pada kondisi jarak tanam
rapat (20x20) cm hanya menghasilkan <20 anakan/rumpun.
Beberapa kemungkinan yang menyebabkan
rendahnya produktivitas pada jarak tanam rapat sebagai berikut: (a)
varietas umumnya akan tumbuh tidak optimal apabila menerima sinar yang
rendah akibat adanya persaingan antar individu tanaman dalam jarak tanam
rapat, (b) terjadinya kahat hara tertentu terutama N, P dan K serta air
akibat pertanaman yang rapat, perakaran yang intensif sehingga
pengurasan hara juga intensif, dan (c) terjadinya serangan penyakit
endemik setempat, akibat kondisi iklim mikro yang menguntungkan bagi
perkembangan penyakit pada jarak tanam rapat.
Sistem tanam jajar legowo pada arah
barisan tanaman terluar memberikan ruang tumbuh yang lebih longgar
sekaligus populasi yang lebih tinggi. Dengan sistem tanam ini, mampu
memberikan sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari lebih baik
untuk pertanaman. Selain itu, upaya penanggulangan gulma dan pemupukan
dapat dilakukan dengan lebih mudah. Namun demikian, penerapan jajar
legowo di lapangan masih menunjukkan banyak variasi. Hal ini
dimungkinkan akibat dari pemahaman mengenai sistem tanam legowo masih
sangat beragam walaupun memiliki kesamaan konsep dasar yang dipahami.
Oleh karena tu, dibutuhkan buku pedoman penerapan sistem tanam legowo
dengan harapan dapat mempermudah penerapan di lapangan dan tidak
menyimpang dari konsepnya.
Pengertian Jajar Legowo
Sistem tanam legowo adalah pola
bertanam yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya dua atau
empat) baris tanaman padi dan satu baris kosong. Istilah Legowo di ambil dari bahasa jawa, yaitu berasal dari kata ”lego” berarti luas dan ”dowo” berarti memanjang.
Legowo di artikan pula sebagai cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan dan diselingi satu barisan kosong.
Baris tanaman (dua atau lebih) dan
baris kosongnya (setengah lebar di kanan dan di kirinya) disebut satu
unit legowo. Bila terdapat dua baris tanam per unit legowo maka disebut
legowo 2:1, sementara jika empat baris tanam per unit legowo disebut
legowo 4:1, dan seterusnya.
Pada awalnya tanam jajar legowo umum
diterapkan untuk daerah yang banyak serangan hama dan penyakit, atau
kemungkinan terjadinya keracunan besi. Jarak tanam dua baris terpinggir
pada tiap unit legowo lebih rapat daripada baris yang di tengah
(setengah jarak tanam baris yang di tengah), dengan maksud untuk
mengkompensasi populasi tanaman pada baris yang dikosongkan. Pada baris
kosong, di antara unit legowo, dapat dibuat parit dangkal. Parit dapat
berfungsi untuk mengumpulkan keong mas, menekan tingkat keracunan besi
pada tanaman padi atau untuk pemeliharaan ikan kecil (muda).
Sistem
tanam legowo kemudian berkembang untuk mendapatkan hasil panen yang
lebih tinggi dibanding sistem tegel melalui penambahan populasi. Selain
itu, dapat mempermudah pada saat pengendalian hama, penyakit, gulma, dan
juga pemupukan.
Pada penerapannya, perlu diperhatikan
tingkat kesuburan tanah pada areal yang akan ditanami. Jika tergolong
subur, maka disarankan untuk menerapkan pola tanaman sisipan hanya pada
baris pinggir kiri dan kanannya (legowo 4:1 tipe 1). Hal ini bertujuan
untuk mengurangi resiko kerebahan tanaman akibat serapan hara yang
tinggi. Sedangkan pada areal yang kurang subur semua barisan disisipkan
tanaman (legowo 4:1 tipe 2).
Saat ini, sistem logowo sudah mulai
banyak di adopsi oleh petani di Indonesia. Banyak petani yang sudah
merasakan manfaat dan keuntungannya dengan menggunakan teknik tersebut.
Dengan sistem tanam legowo, populasi tanaman dapat ditingkatkan yang
pada gilirannya diperoleh peningkatan hasil gabah.
Prinsip Tanam Jajar Legowo
Sistem legowo merupakan suatu rekayasa
teknologi untuk mendapatkan populasi tanaman lebih dari 160.000 per
hektar. Penerapan Jajar Legowo selain meningkatkan populasi pertanaman,
juga mampu menambah kelancaran sirkulasi sinar matahari dan udara
disekeliling tanaman pingir sehingga tanaman dapat berfotosintesa lebih
baik.
Selain itu, tanaman yang berada di
pinggir diharapkan memberikan produksi yang lebih tinggi dan kualitas
gabah yang lebih baik, mengingat pada sistem tanam jajar legowo terdapat
ruang terbuka seluas 25-50%, sehingga tanaman dapat menerima sinar
matahari secara optimal yang berguna dalam proses fotosintesis.
Penerapan sistem tanam legowo
disarankan menggunakan jarak tanam (25x25) cm antar rumpun dalam baris;
12,5 cm jarak dalam baris; dan 50 cm sebagai jarak antar barisan/ lorong
atau ditulis (25x12,5x50) cm. Hindarkan penggunaan jarak tanam yang
sangat rapat, misalnya (20x20) cm, karena akan menyebabkan jarak dalam
baris sangat sempit. Dalam buku ini, dibatasi pada penerapan sistem
tanam legowo 2:1 dan 4:1 baik untuk tipe 1 maupun tipe 2.
Legowo 2:1
Sistem tanam legowo 2:1 akan menghasilkan jumlah populasi tanaman per
ha sebanyak 213.300 rumpun, serta akan meningkatkan populasi 33,31%
dibanding pola tanam tegel (25x25) cm yang hanya 160.000 rumpun/ha.
Dengan pola tanam ini, seluruh barisan tanaman akan mendapat tanaman
sisipan.
- Legowo 4:1
Tipe 1
Sistem tanam legowo 4:1 tipe 1 merupakan pola tanam legowo dengan
keseluruhan baris mendapat tanaman sisipan. Pola ini cocok diterapkan
pada kondisi lahan yang kurang subur. Dengan pola ini, populasi tanaman
mencapai 256.000 rumpun/ha dengan peningkatan populasi sebesar 60%
dibanding pola tegel (25x25) cm.
Tipe 2
Sistem tanam legowo 4:1 tipe 2 merupakan pola tanam dengan hanya
memberikan tambahan tanaman sisipan pada kedua barisan tanaman pinggir.
Populasi tanaman 170.667 rumpun/ha dengan persentase peningkatan hanya
sebesar 6,67% dibanding pola tegel (25x25) cm. Pola ini cocok diterapkan
pada lokasi dengan tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Meskipun
penyerapan hara oleh tanaman lebih banyak, tetapi karena tanaman lebih
kokoh sehingga mampu meminimalkan resiko kerebahan selama pertumbuhan.
Keuntungan Jajar Legowo
Menurut Sembiring (2001), sistem tanam legowo merupakan salah satu
komponen PTT pada padi sawah yang apabila dibandingkan dengan sistem
tanam lainnya memiliki keuntungan sebagai berikut:
- Terdapat ruang terbuka yang lebih lebar diantara dua kelompok
barisan tanaman yang akan memperbanyak cahaya matahari masuk ke setiap
rumpun tanaman padi, sehingga meningkatkan aktivitas fotosintesis yang
berdampak pada peningkatan produktivitas tanaman.
- Sistem tanaman berbaris ini memberi kemudahan petani dalam
pengelolaan usahataninya seperti: pemupukan susulan, penyiangan,
pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit (penyemprotan). Disamping itu
juga lebih mudah dalam mengendalikan hama tikus.
- Meningkatkan jumlah tanaman pada kedua bagian pinggir untuk setiap
set legowo, sehingga berpeluang untuk meningkatkan produktivitas tanaman
akibat peningkatan populasi.
- Sistem tanaman berbaris ini juga berpeluang bagi pengembangan sistem
produksi padi-ikan (mina padi) atau parlebek (kombinasi padi, ikan, dan
bebek).
- Meningkatkan produktivitas padi hingga mencapai 10-15%.
Cara Ubinan Jajar Legowo
Untuk mengetahui tingkat produktivitas tanaman antara lain dapat
dilakukan dengan panen ubinan. Ubinan dibuat agar dapat mewakili hasil
hamparan. Oleh sebab itu diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
- Pilih pertanaman yang seragam dan dapat mewakili penampilan
hamparan, baik dalam segi pertumbuhan, kepadatan tanaman, maupun kondisi
terakhir yang ada di lapangan.
- Tentukan luasan ubinan, minimal dua set jajar legowo yang berdekatan.
Luas ubinan paling sedikit dibuat 10 m2 dengan mengambil
ukuran setengah jarak tanam. Jarak tanam dengan pola legowo berbeda
dengan sistem tegel. Oleh karena itu ada beberapa alternatif yang dapat
digunakan:
- Jika menggunakan pola tanam legowo 2:1 (25x12,5x50) cm, maka alternatif plot ubinan sebagai berikut :
Alternatif 1
|
2 set tanaman legowo sepanjang 10 m |
= (6 x 0,25 m) x 8 m
= 12 m2 atau setara dengan 256 rumpun |
Alternatif 2
|
3 set tanaman legowo sepanjang 5 m |
= (9 x 0,25 m) x 5 m
= 11,25 m2 atau setara dengan 240 rumpun |
Alternatif 3
|
4 set tanaman legowo sepanjang 4 m |
= (12 x 0,25 m) x 4 m
= 12 m2 atau setara dengan 256 rumpun |
Secara lebih skematis dapat dilihat pada gambar 1.
- Jika menggunakan pola tanam legowo 4:1 tipe 1 (25x12,5x50) cm, maka alternatif plot ubinan sebagai berikut :
Alternatif 1
|
2 set tanaman legowo sepanjang 5 m |
= (10 x 0,25 m) x 5 m
= 12,5 m2 atau setara dengan 320 rumpun |
Alternatif 2
|
3 set tanaman legowo sepanjang 3 m |
= (15 x 0,25 m) x 3 m
= 11,25 m2 atau setara dengan 288 rumpun |
Secara lebih skematis dapat dilihat pada gambar 2.
- Jika menggunakan pola tanam legowo 4:1 tipe 2 (25x12,5x50) cm, maka alternatif plot ubinan sebagai berikut :
Alternatif 1
|
2 set tanaman legowo sepanjang 5 m |
= (10 x 0,25 m) x 5 m
= 12,5 m2 atau setara dengan 240 rumpun |
Alternatif 2
|
3 set tanaman legowo sepanjang 3 m |
= (15 x 0,25 m) x 3 m
= 11,25 m2 atau setara dengan 216 rumpun |
Secara lebih skematis dapat dilihat pada gambar 3.
- Tandai luasan yang akan diubin menggunakan ajir.
- Laksanakan panen pada luasan ubinan tersebut, rontokkan gabahnya, dan bersihkan dari kotoran.
- Ulangi pelaksanaan ubinan dengan menggunakan minimal 2 atau lebih ulangan.
- Timbang gabah dan ukur kadar air saat panen.
Konversikan hasil ubinan per ha berdasarkan ukuran luasan maupun
jumlah rumpun, kemudian konversikan kembali hasil gabah yang diperoleh
dalam kadar air 14% (gabah kering giling atau GKG).